
Derby Mataram edisi terbaru, yang mempertemukan Persis Solo dan PSIM Yogyakarta pada Sabtu, 8 November, menyajikan tontonan yang jauh dari kata biasa. Bukan hanya sekadar adu gengsi, laga ini adalah pertarungan mental, taktik, dan sejarah yang berakhir dengan salah satu hasil paling dramatis di kompetisi Liga Indonesia. Empat gol tercipta, dua gol dianulir (berdasarkan laporan adanya insiden serupa di pertandingan ini), dan satu penyelamat di detik akhir. Skor akhir 2-2 yang imbang tidak mampu menceritakan betapa mendebarkannya 90 menit di Stadion Manahan.
Babak pertama berjalan seperti mimpi buruk bagi Persis Solo, sang tuan rumah. PSIM Yogyakarta, julukan Laskar Mataram, tampil mematikan dengan efektivitas serangan balik yang dingin. Keunggulan PSIM dibuka oleh gol cerdik Corfe Deri di menit ke-26, memanfaatkan blunder fatal yang dilakukan kiper Persis.
Alih-alih bangkit, Persis justru semakin tertekan. PSIM menggandakan keunggulan menjelang turun minum melalui aksi Ze Valente di menit ke-41. Penetrasi dan penyelesaian yang sempurna dari sang gelandang membuat skor 0-2 terpampang di papan skor saat jeda. Angka ini seolah menjadi pesan keras dari tim tamu bahwa gengsi Mataram tidak akan dilepaskan begitu saja di Manahan. Situasi ini menempatkan mental pemain Persis Solo di titik terendah.
Injeksi Energi di Ruang Ganti: Kebangkitan Samurai Biru
Tertinggal dua gol di kandang sendiri saat Derby, tekanan di kubu Persis Solo, Laskar Sambernyawa, terasa memuncak. Namun, babak kedua justru menampilkan wajah yang benar-benar berbeda.
Hanya tiga menit setelah peluit babak kedua dibunyikan, Kodai Tanaka tampil sebagai pemecah kebuntuan. Gol cepat sang penyerang asal Jepang di menit ke-48 mengubah momentum dan memberikan harapan besar bagi publik Solo. Energi dari tribun Manahan seakan berpindah ke lapangan, memicu serangan demi serangan dari para pemain Persis. Pertahanan PSIM, yang kokoh di babak pertama, mulai diuji dengan intensitas tinggi. Gol Kodai Tanaka adalah pemantik yang dinantikan oleh Laskar Sambernyawa.
Saat skor 2-1, ketegangan mencapai puncaknya. Persis Solo sempat merayakan gol penyeimbang di menit-menit akhir waktu normal melalui sundulan Cleylton Santos, namun sorak sorai tersebut mendadak terhenti ketika wasit menganulir gol tersebut setelah meninjau VAR. Keputusan ini memicu protes keras dan membuat drama pertandingan semakin memanas.
Namun, semangat pantang menyerah dari tuan rumah berbuah manis di masa injury time yang krusial. Melalui skema bola mati, umpan lambung dari kiper Gianluca Pandeynuwu disambut oleh tandukan mematikan dari Cleylton Santos di menit ke-90+7. Gol heroik ini menjadi penyelamat, mengubah skor menjadi 2-2, dan membuat Stadion Manahan bergemuruh. Cleylton menebus kegagalan golnya yang dianulir dan memastikan Derby Mataram edisi kali ini berakhir tanpa pemenang.
Gengsi Abadi dan Persaingan Tanpa Henti
Hasil imbang 2-2 ini tidak hanya sekadar poin, tetapi cerminan dari persaingan abadi antara dua klub dengan akar sejarah Kerajaan Mataram. Bagi PSIM, hasil ini membawa mereka terus bersaing di papan atas klasemen, sementara bagi Persis, satu poin dramatis ini menjadi modal penting untuk keluar dari zona degradasi dan mengobati kerinduan para suporter akan kemenangan di kandang. Derby Mataram selalu menjadi panggung untuk drama dan kali ini, kita menyaksikan sebuah epik kebangkitan yang tak terlupakan.
Jangan lewatkan setiap detiknya!
Saksikan semua pertandingan seru Liga Indonesia, termasuk ketegangan yang hanya terjadi di Derby Mataram, secara eksklusif hanya di Nex Sports 1 dan Nex Sports 2.
Dapatkan segera Paket Liga Indonesia untuk menikmati semua laga bintang lapangan hijau. Paket tersedia di toko online resmi Nex di Shopee, Tokopedia, Lazada, dan TikTok Shop!

